Dalam setiap jarak yang merentasi langit,
Kau dan aku adalah bintang yang terpisah,
Namun bersinar dalam gelap malam,
Seperti dua bintang dalam galaksi yang sama,
Tak pernah benar-benar jauh, meskipun mata tidak bertemu.
Kau katakan, “Kau jauh dari pandanganku,
Seperti bulan yang jauh dari bumi,”
Tapi, aku membalas, “Jarak ini seperti sinar bulan,
Yang meskipun jauh, tetap menerangi malammu,
Dan membawa kehangatan di hatimu.”
Dalam setiap percakapan, kita berbicara seperti angin,
Berbisik lembut melalui jarak yang memisah,
Seperti salju yang jatuh perlahan di tengah malam,
Menyentuh permukaan bumi,
Meski tidak tampak, tetap terasa kehadirannya.
Aku berjanji, “Meski kita tidak bersentuhan,
Hatiku tetap di sisimu, seperti bayang-bayang di siang hari,”
Kau menjawab, “Cinta ini seperti api yang menyala,
Tak terganggu oleh jarak atau waktu,
Selalu membara meski tidak kelihatan.”
Kita berdialog dalam bahasa yang hanya kita mengerti,
Seperti dua melodik yang berharmoni dalam lagu yang sama,
Dan meskipun terpisah oleh benua dan lautan,
Kita saling menulis surat dalam bahasa yang tak berbicara,
Menghubungkan hati melalui lautan gelombang yang tak kelihatan.
Jadi, dalam setiap detik yang berlalu,
Kita merasakan kedekatan dalam setiap kata dan janji,
Kerana dalam dunia yang luas ini,
Tidak pernah ada jarak yang benar-benar memisahkan,
Kita, bintang-bintang di langit yang sama,
Selalu dekat, meski tidak bersentuhan.