Apabila rasa menyatu... Jari jemari mulai menari. Maka tercoretlah...Nukilan tanpa suara. Itulah yang dinamakan Lentera Kalbu Shaz. Selamat datang ke dunia imaginasi saya.
Isnin, 12 Ogos 2024
Lagu Motivasi : Haru Biru
Cerpen : Hijab Terbuka
Di bawah langit malam yang cerah dan bersih, Mila berbaring di tempat tidurnya, memandangi langit-langit kamar yang dipenuhi dengan gambar-gambar bintang yang bersinar. Suara riuh rendah dari luar jendela menandakan bahwa kehidupan kota terus berjalan, namun Mila terjebak dalam ketenangan malam yang penuh misteri. Sejak akhir-akhir ini, ia sering terjaga di tengah malam, merasa seperti ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan mengganggu tidurnya.
Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Mila tertidur dengan cepat. Tapi malam ini, mimpi datang dengan cara yang berbeda. Alih-alih terjebak dalam mimpi yang samar dan tidak beraturan, Mila merasa seperti terjatuh ke dalam dunia yang baru, sebuah dunia di luar imajinasi yang pernah ia bayangkan.
Mila membuka mata dan mendapati dirinya berdiri di tengah padang yang luas. Tidak ada angin, tidak ada suara, hanya kesunyian yang menyelimuti. Langit di atasnya berwarna keunguan dengan nuansa merah jambu, seolah-olah matahari terbenam dalam waktu yang tidak pernah berakhir. Di kejauhan, ada siluet sebuah kastil yang tampak megah, dikelilingi oleh kabut tipis yang berkilauan seperti glitter.
Ia melangkah maju, merasakan kakinya yang ringan di atas tanah lembut. Setiap langkah terasa seperti melayang, seolah-olah gravitasi tidak berlaku di sini. Saat mendekati kastil, Mila melihat sebuah pintu besar dengan ukiran yang rumit, terbuat dari kayu hitam yang tampaknya memancarkan cahaya lembut. Ia merasa dorongan untuk membukanya dan memasuki kastil tersebut.
Ketika pintu terbuka dengan sendirinya, Mila melangkah masuk dan mendapati ruangan yang penuh dengan cahaya keemasan. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja bundar yang dihiasi dengan permadani berwarna merah dan emas. Di atas meja, ada sebuah cermin besar yang dikelilingi oleh ornamen-ornamen indah. Mila merasa tertarik untuk mendekatinya.
Saat mendekat, Mila menyadari bahwa di dalam cermin, tidak ada bayangannya. Hanya ada kabut tipis yang bergerak pelan. Tiba-tiba, dari dalam cermin, muncul seorang wanita dengan hijab hitam yang melingkari kepalanya. Wajah wanita itu terlihat lembut, dengan mata yang penuh rasa ingin tahu.
"Selamat datang," kata wanita itu dengan suara lembut dan menenangkan. "Aku telah menunggu kedatanganmu."
Mila terkejut dan melangkah mundur. "Siapa kamu? Dan bagaimana kamu tahu namaku?"
Wanita itu tersenyum lembut. "Aku adalah penjaga mimpi ini. Aku memanggilmu karena ada sesuatu yang perlu kamu ketahui."
"Maksudmu, sesuatu yang perlu aku ketahui?" tanya Mila dengan rasa ingin tahu yang semakin besar.
Wanita itu mengangguk. "Ya. Kamu telah mengalami mimpi yang sama berulang kali, dan itu adalah tanda bahwa ada sesuatu yang belum kamu pahami dalam dirimu sendiri."
Mila merasa bingung. "Apa yang harus aku lakukan?"
Wanita itu mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah cermin. "Lihatlah lebih dekat, dan apa yang kamu lihat mungkin akan memberi jawaban."
Dengan hati-hati, Mila mendekatkan wajahnya ke cermin. Kali ini, ia melihat bukan hanya kabut, tetapi juga gambaran-gambaran yang tidak dapat dijelaskan: sebuah jembatan yang terbuat dari cahaya, wajah-wajah yang muncul dan menghilang, dan sebuah pintu yang tersembunyi dalam gelap. Semuanya bergerak dalam pola yang seolah memiliki makna yang mendalam.
"Ini semua adalah bagian dari dirimu," kata wanita itu. "Kamu harus mengerti bahwa mimpi ini adalah refleksi dari keinginan dan ketakutanmu yang terdalam."
Mila merasa jantungnya berdegup kencang. "Tapi aku tidak mengerti apa yang aku lihat."
Wanita itu tersenyum. "Mungkin kamu harus melihat lebih dalam ke dalam dirimu sendiri. Kadang-kadang, jawaban yang kita cari tidak ditemukan di luar, tetapi di dalam hati kita sendiri."
Tiba-tiba, cermin mulai bergetar dan gambar-gambar dalamnya menjadi semakin kabur. Mila merasa seperti ditarik kembali ke dunia nyata, dan sebelum ia tahu, ia sudah terjaga di tempat tidurnya, napasnya terengah-engah.
Hari-hari berikutnya, Mila merasa ada perubahan dalam dirinya. Ia mulai melihat mimpi-mimpinya dengan cara yang berbeda, lebih peka terhadap perasaannya sendiri dan berusaha lebih keras untuk memahami ketakutan dan keinginannya. Ia mulai menulis di jurnalnya setiap kali ia terbangun dari mimpi, mencoba menangkap setiap detail yang ia ingat.
Satu malam, saat ia sedang tidur, ia kembali ke padang yang luas dan kastil megah. Kali ini, ia merasa lebih tenang dan siap untuk menghadapi apapun yang ada di dalam mimpi itu. Ketika ia membuka pintu kastil, wanita dengan hijab hitam sudah menunggunya di dalam ruangan yang penuh dengan cahaya keemasan.
"Selamat datang kembali," kata wanita itu. "Aku melihat kamu telah memulai perjalananmu untuk memahami dirimu sendiri."
Mila tersenyum. "Aku mulai memahami apa yang kamu maksud. Aku belajar untuk mendengarkan hatiku dan menghadapi ketakutanku."
Wanita itu mengangguk puas. "Bagus. Dan ingatlah, setiap mimpi memiliki pesan yang penting. Terkadang, kita hanya perlu membuka hijab yang menutupi pemahaman kita."
Mila menatap cermin di meja. Kali ini, cermin memantulkan wajahnya dengan jelas, dan di sekelilingnya, ia melihat gambaran-gambaran baru—jembatan yang menghubungkan ke keinginan yang dalam, dan pintu yang terbuka ke kemungkinan-kemungkinan baru. Ia merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, seolah-olah mimpi itu telah membantunya membuka hijab yang selama ini menutupi jiwanya.
Ketika Mila terbangun, ia merasa lebih ringan dan lebih yakin. Ia tahu bahwa perjalanan menuju pemahaman diri adalah proses yang berkelanjutan, tetapi ia siap menghadapi tantangan apa pun yang datang. Mimpi itu, dengan semua simbol dan pesan yang tersembunyi, telah memberikan wawasan yang berharga dan mengajarinya pentingnya mendengarkan diri sendiri.
Dan dengan setiap malam yang berlalu, Mila merasa semakin dekat dengan kebenaran dalam dirinya, dengan hati yang lebih terbuka dan jiwa yang lebih tenang. Seperti dalam mimpi, hijab yang menutupi matanya kini terbuka, memberikan pandangan yang lebih jelas terhadap jalan yang harus ditempuh.
Jumaat, 9 Ogos 2024
Siri Motivasi Diri : Upgrade Static Or Downgrade
Motivational Song : Rythm of the Day
Siri Motivasi Diri : Ciri-Ciri Orang Bermental Kuat
Khamis, 8 Ogos 2024
Cerpen : Pegang Tanganku
Di pinggir tasik yang sunyi dan tenang, di mana bayangan pokok-pokok besar menyusut ke dalam air yang berkilau, Aisyah menghirup udara pagi dengan rasa ketenangan yang mendalam. Tasik itu adalah tempat kesukaannya untuk melepaskan penat dan mencari ilham bagi karya-karyanya sebagai seorang penulis. Pagi itu, dia datang lebih awal, menyiapkan sketsa terakhir untuk novel terbarunya.
Aisyah memandang ke arah tasik dengan penuh khusyuk. Tiba-tiba, langkahnya tergelincir sedikit di atas tanah lembap. Dalam keadaan yang tidak stabil, tubuhnya hampir jatuh ke dalam tasik. Namun, seseorang muncul dengan pantas, menangkapnya sebelum dia terjatuh. Mereka berdua jatuh ke tanah dalam keadaan yang tidak selesa, namun keadaan itu jauh lebih baik daripada jatuh ke dalam air.
“Maafkan saya!” kata lelaki itu dengan nada cemas, sambil membantunya berdiri. “Saya tak sengaja melanggar awak.”
Aisyah menatap lelaki itu. Dia adalah seorang yang tampan, dengan mata yang cerah dan senyuman yang ikhlas. “Tak apa, saya yang tidak berhati-hati,” jawab Aisyah sambil mengusap kotoran dari baju.
“Nama saya, Adam. Saya suka datang ke sini untuk berjoging setiap pagi. Apa yang awak buat di sini?” tanya lelaki itu dengan mesra.
“Aisyah. Saya seorang penulis. Saya datang untuk mencari ilham,” jawab Aisyah dengan senyuman kecil.
Mereka berbual seketika di tepi tasik, bercakap tentang minat dan hobi masing-masing. Adam sering berlari di sekitar tasik, manakala Aisyah mencari ketenangan dan inspirasi di tempat yang sama. Kesamaan ini membuatkan mereka semakin selesa antara satu sama lain.
Sejak hari itu, Adam dan Aisyah sering bertemu di tasik. Mereka memulakan pagi dengan berjalan bersama di sekitar tasik, berbual tentang pelbagai perkara, dari buku-buku yang mereka baca hingga rancangan masa depan mereka. Adam merasa kagum dengan kreativiti Aisyah, manakala Aisyah terpesona dengan semangat dan keikhlasan Adam.
Hari berganti hari, dan mereka semakin rapat. Suatu hari, Adam mengambil keputusan untuk memberitahu perasaannya. Mereka sedang duduk di bangku di tepi tasik, menikmati senja yang indah.
“Aisyah,” Adam memulakan perbualan dengan nada serius, “saya rasa saya semakin jatuh hati pada awak. Setiap kali kita bersama, saya merasa bahagia dan tenang. Saya harap kita boleh terus bersama.”
Aisyah terdiam sejenak, terkejut dengan pengakuan itu. Namun, dalam hatinya, dia tahu bahawa dia juga merasakan perkara yang sama. “Adam, saya juga merasakan perkara yang sama. Saya rasa kita saling melengkapi.”
Dengan penuh perasaan, Adam menggenggam tangan Aisyah. “Pegang tanganku dengan harapan, Aisyah. Akanku pimpin tanganmu selalu, dalam setiap langkah kita bersama.”
Aisyah menggenggam tangan Adam dengan lembut. “Saya akan pegang tanganmu, Adam. Selamanya. Saya janji.”
Malam itu, mereka berjalan pulang bersama di bawah cahaya bulan yang bersinar lembut. Perasaan cinta yang baru lahir ini membawa mereka lebih dekat dan membina hubungan yang penuh kasih sayang dan kepercayaan. Tasik yang menjadi saksi pertama pertemuan mereka, kini menjadi simbol cinta mereka yang tulus.
Mereka meluangkan banyak masa bersama, meneroka tempat-tempat baru dan membuat kenangan indah. Adam menyokong Aisyah dalam kerjayanya sebagai penulis, manakala Aisyah memberi dorongan dan semangat kepada Adam dalam segala usahanya.
Kehidupan mereka penuh dengan momen-momen kecil yang indah, dari perbualan lewat malam hingga gelak ketawa yang menenangkan. Walau bagaimanapun, cabaran juga datang dalam kehidupan mereka. Namun, mereka sentiasa ingat janji yang telah mereka buat di tepi tasik: untuk bersama selamanya.
Pada suatu hari, ketika mereka kembali ke tasik di mana semuanya bermula, Adam melamar Aisyah di bawah cahaya matahari yang hangat. Dengan penuh rasa syukur dan bahagia, Aisyah menerima lamaran itu. Mereka berdua tahu bahawa perjalanan mereka tidak akan selalu mudah, tetapi mereka berjanji untuk sentiasa saling menyokong dan mencintai.
Tasik yang menjadi tempat pertemuan mereka kini menyaksikan ikatan cinta mereka yang semakin kuat. Mereka berjanji untuk tidak hanya saling menyintai, tetapi juga untuk selalu ada antara satu sama lain dalam setiap langkah kehidupan mereka. Dengan janji itu, mereka memulakan bab baru dalam hidup mereka, sebagai pasangan yang penuh kasih dan harapan.
Setiap kali mereka datang ke tasik itu, mereka mengingat kembali saat pertama kali bertemu, dan bagaimana cinta mereka berkembang di tempat yang istimewa ini. Dan begitulah, mereka mengukir cinta mereka dalam ingatan, dengan penuh rasa syukur kepada tasik yang telah menyatukan hati mereka.
Pegang Tanganku dengan Harapan: Dari Pertunangan ke Perkahwinan
Setelah lamaran itu, kehidupan Adam dan Aisyah berubah menjadi satu perjalanan indah yang penuh dengan persiapan dan harapan. Pertunangan mereka disambut dengan penuh kegembiraan oleh keluarga dan sahabat handai. Di tepi tasik yang mereka cintai, mereka merayakan pertunangan mereka dengan majlis sederhana tetapi penuh makna. Aisyah mengenakan gaun putih sederhana yang berseri-seri, sementara Adam kelihatan kacak dalam pakaian tradisional.
Majlis pertunangan itu diadakan di tepi tasik, tempat pertama kali pertemua mereka suatu ketika dahulu dengan suasana yang sangat romantis. Lilin-lilin menyala di atas meja yang dihias indah, dan langit yang berwarna-warni memberi cahaya lembut kepada malam itu. Keluarga dan rakan-rakan berkumpul untuk meraikan pasangan bahagia ini. Mereka bertukar-tukar hadiah dan ucapan, penuh dengan harapan dan doa untuk kebahagiaan masa depan mereka.
Setelah pertunangan, Adam dan Aisyah memulakan persiapan untuk perkahwinan mereka. Mereka berdua terlibat secara aktif dalam setiap aspek perancangan, dari memilih tarikh, tempat majlis, hingga hal terkecil seperti warna tema dan pelamin. Setiap langkah yang mereka ambil bersama memberi mereka peluang untuk lebih memahami satu sama lain dan menguatkan ikatan mereka.
Hari perkahwinan tiba dengan penuh gemilang. Majlis pernikahan diadakan di sebuah dewan yang dihias dengan cantik, dengan tema putih dan keemas-emasan yang mencerminkan kemewahan dan keanggunan. Aisyah kelihatan sangat cantik dalam gaun pengantin yang direka khas, sementara Adam tampak segak dalam sut pengantin yang sesuai dengan gayanya.
Ketika Aisyah melangkah masuk ke dewan, Adam tidak dapat menahan air matanya. Momen itu sangat berharga baginya, kerana ia bukan hanya tentang perkahwinan, tetapi juga tentang perjalanan yang mereka lalui bersama. Mereka bertukar janji setia di hadapan keluarga dan rakan-rakan, berikrar untuk sentiasa memegang tangan masing-masing dan memimpin satu sama lain dalam setiap langkah kehidupan mereka.
Majlis perkahwinan mereka penuh dengan kegembiraan dan kehangatan. Upacara pernikahan diikuti dengan majlis resepsi yang meriah, di mana mereka disambut dengan tarian, muzik, dan hidangan yang lazat. Semua orang menikmati suasana ceria, dan setiap detik dirakam dalam memori mereka dengan penuh kegembiraan.
Selepas perkahwinan, Adam dan Aisyah memulakan kehidupan baru mereka sebagai pasangan suami isteri. Aisyah masih dengan kerjaya penulisnya, begitu juga Adam yang bertugas sebagai seorang Eksekutif di sebuah syarikat ternama luar negara. Mereka membeli rumah kecil di pinggir kota, berhampiran dengan tasik yang menyaksikan awal kisah cinta mereka. Rumah mereka sederhana tetapi penuh dengan kasih sayang dan kebahagiaan. Mereka menyusunnya dengan penuh perhatian, menciptakan ruang yang nyaman dan menyenangkan untuk mereka berdua.
Dalam tahun-tahun berikutnya, Adam dan Aisyah dikurniakan dengan seorang anak perempuan yang comel dan sihat, diberi nama Sofia. Kelahiran Sofia membawa kegembiraan yang tiada terhingga dalam hidup mereka. Setiap hari adalah satu pengalaman baru dan berharga. Mereka berusaha menjadi ibu bapa yang terbaik, membesarkan Sofia dengan kasih sayang dan memberi pendidikan yang baik. Adam dan Aisyah sering membawa Sofia ke tasik, tempat di mana kisah cinta mereka bermula. Mereka ingin Sofia merasai keindahan tempat itu dan menghargai memori yang ada di sana.
Kehidupan mereka sebagai keluarga kecil penuh dengan momen indah dan cabaran. Mereka belajar untuk saling menyokong dan memahami, dan sentiasa menghargai setiap detik bersama. Adam terus bekerja keras dalam kerjayanya, manakala Aisyah menyambung kerjayanya sebagai penulis sambil menjaga Sofia. Mereka menyusun masa dengan baik, memastikan setiap hari dipenuhi dengan kasih sayang dan kebahagiaan.
Di hujung minggu, mereka sering mengadakan aktiviti keluarga. Mereka pergi berkelah di tepi tasik, bermain permainan, dan menikmati makan malam bersama. Momen-momen ini menjadi kenangan yang sangat berharga untuk mereka sekeluarga. Sofia tumbuh dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang, dan mereka berbangga melihatnya berkembang menjadi seorang kanak-kanak yang bijaksana dan ceria.
Adam dan Aisyah terus meneguhkan ikatan mereka, sentiasa ingat akan janji mereka untuk saling memegang tangan dan memimpin satu sama lain. Mereka menghargai setiap hari yang mereka lalui bersama dan berterima kasih atas segala kebaikan yang mereka terima dalam hidup mereka. Tasik yang menjadi saksi awal pertemuan mereka kini menyaksikan perjalanan kehidupan mereka yang bahagia.
Di usia yang semakin tua, Adam dan Aisyah sering kembali ke tasik untuk mengenang kembali memori indah mereka. Mereka duduk di bangku yang sama di mana mereka pertama kali bertemu, menggenggam tangan masing-masing dengan penuh rasa syukur. Mereka tersenyum mengenangkan perjalanan hidup mereka yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan.
Dan begitulah, kisah cinta Adam dan Aisyah berlanjutan dari satu bab ke bab seterusnya, membina sebuah keluarga kecil yang bahagia dan penuh kasih sayang. Mereka menjalani kehidupan sederhana juga menghadapi segala cabaran dan menikmati setiap kebahagiaan yang diberikan oleh kehidupan. Tasik, yang menyaksikan permulaan cinta mereka, terus menjadi tempat yang istimewa dalam hidup mereka, mengingatkan mereka tentang kekuatan cinta dan janji yang telah mereka buat satu sama lain.
Tasik dengan mereka tidak akan terpisahkan. Tasik yang menjadi saksi bisu kebahagiaan mereka.
Tamat.
Puisi : Tidak Jauh
Dalam setiap jarak yang merentasi langit,
Kau dan aku adalah bintang yang terpisah,
Namun bersinar dalam gelap malam,
Seperti dua bintang dalam galaksi yang sama,
Tak pernah benar-benar jauh, meskipun mata tidak bertemu.
Kau katakan, “Kau jauh dari pandanganku,
Seperti bulan yang jauh dari bumi,”
Tapi, aku membalas, “Jarak ini seperti sinar bulan,
Yang meskipun jauh, tetap menerangi malammu,
Dan membawa kehangatan di hatimu.”
Dalam setiap percakapan, kita berbicara seperti angin,
Berbisik lembut melalui jarak yang memisah,
Seperti salju yang jatuh perlahan di tengah malam,
Menyentuh permukaan bumi,
Meski tidak tampak, tetap terasa kehadirannya.
Aku berjanji, “Meski kita tidak bersentuhan,
Hatiku tetap di sisimu, seperti bayang-bayang di siang hari,”
Kau menjawab, “Cinta ini seperti api yang menyala,
Tak terganggu oleh jarak atau waktu,
Selalu membara meski tidak kelihatan.”
Kita berdialog dalam bahasa yang hanya kita mengerti,
Seperti dua melodik yang berharmoni dalam lagu yang sama,
Dan meskipun terpisah oleh benua dan lautan,
Kita saling menulis surat dalam bahasa yang tak berbicara,
Menghubungkan hati melalui lautan gelombang yang tak kelihatan.
Jadi, dalam setiap detik yang berlalu,
Kita merasakan kedekatan dalam setiap kata dan janji,
Kerana dalam dunia yang luas ini,
Tidak pernah ada jarak yang benar-benar memisahkan,
Kita, bintang-bintang di langit yang sama,
Selalu dekat, meski tidak bersentuhan.
Puisi :- Beratnya Rindu
Versi lagu puisi Lirik penuh versi lagu puisi sila ke pautan seperti di bawah :- https://share-ai.singgenix.com/?token=S7tvkairNKgyHD1Nc5Bdo...
-
PROLOG Kerinduan yang terbuku ternyata amat menyakitkan. Sukar untuk digambarkan dengan kata-kata. Jika pernah merasakan, pasti tahu ...
-
BAHAGIAN PERTAMA : JATUH DAN BANGUN Coretan ini suatu ketika dulu amat sinonim dalam diriku. Ya. Pada suatu saat aku harus mengalah sedangka...
-
Mempercayai sesuatu yang di luar akal logik manusia memang sesuatu yang menyukarkan. Itulah yang aku alami apabila salah satu kejadian...