Di bawah langit malam yang cerah dan bersih, Mila berbaring di tempat tidurnya, memandangi langit-langit kamar yang dipenuhi dengan gambar-gambar bintang yang bersinar. Suara riuh rendah dari luar jendela menandakan bahwa kehidupan kota terus berjalan, namun Mila terjebak dalam ketenangan malam yang penuh misteri. Sejak akhir-akhir ini, ia sering terjaga di tengah malam, merasa seperti ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan mengganggu tidurnya.
Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Mila tertidur dengan cepat. Tapi malam ini, mimpi datang dengan cara yang berbeda. Alih-alih terjebak dalam mimpi yang samar dan tidak beraturan, Mila merasa seperti terjatuh ke dalam dunia yang baru, sebuah dunia di luar imajinasi yang pernah ia bayangkan.
Mila membuka mata dan mendapati dirinya berdiri di tengah padang yang luas. Tidak ada angin, tidak ada suara, hanya kesunyian yang menyelimuti. Langit di atasnya berwarna keunguan dengan nuansa merah jambu, seolah-olah matahari terbenam dalam waktu yang tidak pernah berakhir. Di kejauhan, ada siluet sebuah kastil yang tampak megah, dikelilingi oleh kabut tipis yang berkilauan seperti glitter.
Ia melangkah maju, merasakan kakinya yang ringan di atas tanah lembut. Setiap langkah terasa seperti melayang, seolah-olah gravitasi tidak berlaku di sini. Saat mendekati kastil, Mila melihat sebuah pintu besar dengan ukiran yang rumit, terbuat dari kayu hitam yang tampaknya memancarkan cahaya lembut. Ia merasa dorongan untuk membukanya dan memasuki kastil tersebut.
Ketika pintu terbuka dengan sendirinya, Mila melangkah masuk dan mendapati ruangan yang penuh dengan cahaya keemasan. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja bundar yang dihiasi dengan permadani berwarna merah dan emas. Di atas meja, ada sebuah cermin besar yang dikelilingi oleh ornamen-ornamen indah. Mila merasa tertarik untuk mendekatinya.
Saat mendekat, Mila menyadari bahwa di dalam cermin, tidak ada bayangannya. Hanya ada kabut tipis yang bergerak pelan. Tiba-tiba, dari dalam cermin, muncul seorang wanita dengan hijab hitam yang melingkari kepalanya. Wajah wanita itu terlihat lembut, dengan mata yang penuh rasa ingin tahu.
"Selamat datang," kata wanita itu dengan suara lembut dan menenangkan. "Aku telah menunggu kedatanganmu."
Mila terkejut dan melangkah mundur. "Siapa kamu? Dan bagaimana kamu tahu namaku?"
Wanita itu tersenyum lembut. "Aku adalah penjaga mimpi ini. Aku memanggilmu karena ada sesuatu yang perlu kamu ketahui."
"Maksudmu, sesuatu yang perlu aku ketahui?" tanya Mila dengan rasa ingin tahu yang semakin besar.
Wanita itu mengangguk. "Ya. Kamu telah mengalami mimpi yang sama berulang kali, dan itu adalah tanda bahwa ada sesuatu yang belum kamu pahami dalam dirimu sendiri."
Mila merasa bingung. "Apa yang harus aku lakukan?"
Wanita itu mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah cermin. "Lihatlah lebih dekat, dan apa yang kamu lihat mungkin akan memberi jawaban."
Dengan hati-hati, Mila mendekatkan wajahnya ke cermin. Kali ini, ia melihat bukan hanya kabut, tetapi juga gambaran-gambaran yang tidak dapat dijelaskan: sebuah jembatan yang terbuat dari cahaya, wajah-wajah yang muncul dan menghilang, dan sebuah pintu yang tersembunyi dalam gelap. Semuanya bergerak dalam pola yang seolah memiliki makna yang mendalam.
"Ini semua adalah bagian dari dirimu," kata wanita itu. "Kamu harus mengerti bahwa mimpi ini adalah refleksi dari keinginan dan ketakutanmu yang terdalam."
Mila merasa jantungnya berdegup kencang. "Tapi aku tidak mengerti apa yang aku lihat."
Wanita itu tersenyum. "Mungkin kamu harus melihat lebih dalam ke dalam dirimu sendiri. Kadang-kadang, jawaban yang kita cari tidak ditemukan di luar, tetapi di dalam hati kita sendiri."
Tiba-tiba, cermin mulai bergetar dan gambar-gambar dalamnya menjadi semakin kabur. Mila merasa seperti ditarik kembali ke dunia nyata, dan sebelum ia tahu, ia sudah terjaga di tempat tidurnya, napasnya terengah-engah.
Hari-hari berikutnya, Mila merasa ada perubahan dalam dirinya. Ia mulai melihat mimpi-mimpinya dengan cara yang berbeda, lebih peka terhadap perasaannya sendiri dan berusaha lebih keras untuk memahami ketakutan dan keinginannya. Ia mulai menulis di jurnalnya setiap kali ia terbangun dari mimpi, mencoba menangkap setiap detail yang ia ingat.
Satu malam, saat ia sedang tidur, ia kembali ke padang yang luas dan kastil megah. Kali ini, ia merasa lebih tenang dan siap untuk menghadapi apapun yang ada di dalam mimpi itu. Ketika ia membuka pintu kastil, wanita dengan hijab hitam sudah menunggunya di dalam ruangan yang penuh dengan cahaya keemasan.
"Selamat datang kembali," kata wanita itu. "Aku melihat kamu telah memulai perjalananmu untuk memahami dirimu sendiri."
Mila tersenyum. "Aku mulai memahami apa yang kamu maksud. Aku belajar untuk mendengarkan hatiku dan menghadapi ketakutanku."
Wanita itu mengangguk puas. "Bagus. Dan ingatlah, setiap mimpi memiliki pesan yang penting. Terkadang, kita hanya perlu membuka hijab yang menutupi pemahaman kita."
Mila menatap cermin di meja. Kali ini, cermin memantulkan wajahnya dengan jelas, dan di sekelilingnya, ia melihat gambaran-gambaran baru—jembatan yang menghubungkan ke keinginan yang dalam, dan pintu yang terbuka ke kemungkinan-kemungkinan baru. Ia merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, seolah-olah mimpi itu telah membantunya membuka hijab yang selama ini menutupi jiwanya.
Ketika Mila terbangun, ia merasa lebih ringan dan lebih yakin. Ia tahu bahwa perjalanan menuju pemahaman diri adalah proses yang berkelanjutan, tetapi ia siap menghadapi tantangan apa pun yang datang. Mimpi itu, dengan semua simbol dan pesan yang tersembunyi, telah memberikan wawasan yang berharga dan mengajarinya pentingnya mendengarkan diri sendiri.
Dan dengan setiap malam yang berlalu, Mila merasa semakin dekat dengan kebenaran dalam dirinya, dengan hati yang lebih terbuka dan jiwa yang lebih tenang. Seperti dalam mimpi, hijab yang menutupi matanya kini terbuka, memberikan pandangan yang lebih jelas terhadap jalan yang harus ditempuh.